Senin, 23 Desember 2013

Penyusunan Program Pelatihan/pengembangan



Penyusunan program pelatihan/ pengemangan terdiri atas bermacam-macam tahap, yaitu :
A.    Identifikasi Kebutuhan Pelatihan atau Studi Pekerjaan (job dtudy)
Miner (1992) mengemukakan bahwa pwmbwlajaran, terlibat dalam mengembangkan 4 macam keterampilan, yaitu :
a.       Knowledge based skills (keterampilan didasarkan pada pengetahuan yang dikuasai), keterampilan ini dikembangkan berdasarkan pengetahuan yang diperlukan dimiliki untuk dapat melakukan tugas pekerjaannya secara baik.
b.      Singular behavior skills (keterampilan perilaku sederhana), seperti dating bekerja tepat waktu.
c.       Limited interpersonal skills (keterampilan antar pribadi terbatas) terlibat dalam aktivitas seperti memberi arahan kepada karyawan baru, mendelegasikan tanggung jawab dan memberikan balikan kepada seseorang tentang unjk kerjanya.
d.      Social interactive skills (keterampilan interaktif social) berlangsung pada taraf manajerial mencakup memanajemeni konflik, menggunakan daya/kekuasaan secara efektif, negoisasi satu kontrak dan sebagainya.
Meskipun keempat keterampilan diatas merupakan keterampilan yang pada umumnya diperlukan dalam pelaksanaan tugas pekerjaa, agar program pelatihan menjadi program pelatihan yang efektif, betul-betul melatih pengetahuan, keteramilann dan sikap yang diperlukan oleh pekerjaan, maka diperlukan analisis kebutuhan pelatihan. Melalui identifikasi/analisis kebutuhan pelatihan ini akan diperoleh data tentang pengetahuan, keterampilan dan sikap kusus yang masih perlu diajarkan/dilatihkan. Program pelatihan dapat disusun untuk para tenaga kerja yang baru diterima dapat jga disusun untuk para tenaga kerja yang baru diterima dapat juga disusun untuk para tenaga kerja yang telah lama bekerja pada perusahaan.
Untuk mengidentifikasi kebutuhan pelatihan perlu dilaksanakan dua kegiatan utama yaitu : melaksanakan studipekerjaan (study job) dan mengadakan assessment dari tenaga kerja, hal ini dapat dilaksanakan oleh atasan langsung tenaga kerja dalam rangka penilaian prestasi tenaga kerja, dapat pula dilakukan juga melalui assessment center.
Kebutuhan pelatihan pada umumnya diketahui berdasarkan permintaan dari para line manager. Berdasarkan unjuk kerja yang kurang memuaskan dari para bawahan mereka mengusulkan agar bawahan mereka dilatih untuk pengetahuan dan keterampilan tertentu.
Gropper &Short (1969) memberikan salah satu cara untuk melaksanakan job study. setiap pekerjaan terdiri atas sekumpulan tugas. Setiap tugas terdiri atas sekumpulan unsur pekerjaan yang tersusun menurut urutan tertentu. Untuk menganalisis setiap tugas, Gropper &Short menggunakan urutan input-action-output, seperti tugas sekertaris berikut ini :
Input
Konsep surat atau surat dalam tulisan steno
Action
Mengetik dengan menggunakan mesin ketik
Output
Surat telah diketik rapi tanpa salah, dan siap ditandatangani
       Tugas dapat diberikan kedalam serangkaian input-action-output  (bentuk rantai) dapat pula terjadi macamnya input lebih dari satu untuk dapat melakukan action.
Job study yang digunakan oleh Gropper & Short, memberi kemungkinan untuk :
a.       Menetapkan pengetahuan, keteramilan apa yang dierlukan
b.      Menetapkan sasaran yang harus dicapai dalam pelatihan
c.       Menetapkan kriteria keberhasilan dan membuat alat ukurnya.

B.     Penetapan Sasaran Pelatihan/pengembangan
Sasaran pelatihan dapat dibedakan kedalam sasaran umum atau tujuan dan sasaran khusus, yang dapat dibedakan lagi kedalam sasaran keseluruhan pelatihan dan sasaran subjek pembahasan/latihan.
Sasaran khusus dirinci kedalam suatu uraian yang mempergunakan istilah-istilah perilaku yang dapat diamati dan diukur. Contoh sasaran keseluruhan pelatihan : “Pada akhir pelatihan diharapkan dapat mengenal prinsip-prinsip manajemen umum dan dapat menggunakannya dalam kinerja sehari-hari”.
Mager (1962) memberikan 3 aspek untuk merumuskan sasaran subjek pembahasan/latihan dengan baik, yaitu dalam setiap sasaran hendaknya :
a.       Ada uaraian tentang situasi yang diberikan (given what)
b.      Ada uraian tentang apa yang harus dilakukan (does what)
c.       Ada uraian tentang bagaimana baiknya trainee melaksanakannya (how well)
Sasaran khusus yang hendaknya dihasilkan melalui latihan, yaitu :
a.       Sasaran kognitif, sasaran yang menggambarkan perilaku kognitif.
b.      Sasaran afektif, meliputi perilaku yang berhubungan dengan perasaan sikap.
c.       Sasaran psikomotor, meliputi perilaku gerak.
(Bloom, 1956, Simpson, 1966, Kratwhhol, 1964)

C.     Penetapan Kriteria Keberhasilan dengan Alat Ukurnya
Sebagaimana halnya dengan kriteria keberhasilan yang digunakan dalam riset seleksi, kriteria keberhasilan pelatihan mempunyai dimensi waktu. Sebagai kriteria keberhasilan pelatihan, dapat ditetapkan perilaku-perilaku trainees sebagaimana ditampilkan pada akhir program pelatihan dapat pula ditetapkan prestasi kerja trainees setelah mereka kembali ke pekerjaannya masing-masing selama waktu tertentu.
Andai kata sebagian besar dari para trainees memenuhi kriteria keberhasilan tersebut, maka dapat disimpulkan bahwa pelatihan yang di berikan merupakan pelatihan yang efektif. Sebaliknya jika hanya sebagian kecil dari para trainees yang berhasil memenuhi kriteria, maka pelatihan dikatakan tidak/kurang efektif.
Untuk mengetahui apakah para trainees betul-betul telah belajar, maka mendapatkan sesuatu yang sebelum pelatihan belum dimiliki atau dikuasai, maka selain mereka di tes pada akhir program pelatihan (yang dinamakan post-test), sebelum pelatihan dimulai (dinamakan pre-test) dari pre-test dapat diketahui sejauh mana pra trainees telah menguasai bahan atau memeiliki pengetahuan da keterampilan yang akan dilatihkan pada mereka. Skor-skor pre-test sebaiknya diharapkan tinggi-tingi, karena ini merupakan ukuran hasil belajar selama mendapat pelatihan. Makin besar perbedaan antara skor pada post-test dengan skor pre-test, makin banyak trainees belajar, makin kecil perbedaannya, makin sedikit yang di pelajari trainee.

D.    Penetapan Metode-metode Pelatihan/Pengembangan
Dalam langkah ini ialah penetapan subjek dan bahan pembahasan, penetapan metode atau teknik penyajian bahan dan penetapan pemakaian alat bantu pengajaran.
Berdasarkan sasaraninstruksional dapatlah ditentukan subjek dan bahan pembahasan yang akan siberikan/dibahas dalam program pelatihan. Bahan-bahan tersusun menurut suatu tata tingkat tertentu. Misalnya pelatihan untuk penjual diurut sebagai berikut: mula-mula diajarkan tugas seorang penjual dalam perusahaan dimana mereka bekerja, disusul dengan diajarkannya pengetahuan tentang produk yang harus di jual. Kemudian diadakan latihan simulative menjual produk yang akhirnya diikuti dengan latihan menjual di lapangan.
Bentuk pelatihan dapat dibedakan kedalam pelatihan pada pekerjaan, dan pelatihan di luar pekerjaan. Metode pelatihan di kelas dipakai dalam bentuk pelatihan di luar pekerjaan pekerjaan, macamnya yaitu :
a.       Kuliah
Merupakan suatu ceramah yang disampaikan secara lisan untuk tujuan pendidikan, kuliah adalah pembicaraan yang diorganisasai secara formal tentang hal-hal khusus.
Keuntungan dari metode ini ialah dapat digunakan untuk kelompok yang sangat besar sehingga biaya trainee rendah serta dapat menyajikan banyak bahan pengetahuan dalam waktu yang relative singkat.
b.      Konperensi
Merupakan pertemuan formal dimana terjadi diskusi atau konsultasi tentang sesuatu hal yang penting. Konperasi menekankan adanya : (i) diskusi kelompok kecil, (ii) bahan yang terorganisasi, (iii) keterlibatan peserta secara aktif. Pada metode ini konperensi belajar diperlancar melalui partisipasi lisa dan interaksi antar anggota, para trainee dianjurkan untuk memberikan gagasan dan pandangan peserta lainnya, metode ini biasanya terdiri dari 15-20 orang.
c.       Studi kasus
Pada metode studi kasus trainee diminta  untuk mengidentifikasi masalah mengkomendasi jawabannya. Metode ini adalah metode belajar melalui perbuatan dan bermaksud meningkatkan pemikiran analistis dan kecakapan memecahkan masalah.
d.      Bermain Peran (role playing)
Peran adalah suatu pola perilaku yang diharapkan. Peserta diberi tahu tentang situasi/keadaan dan peran mereka yang harus mereka mainkan, hal ini digunakan untuk memeberikan kesempatan kepada para trainee untuk memepelajari keterampilan hubungan antara manusia melalui praktek dan untuk mengembangkan pemahaman mengenai pengaruh kelakuan mereka sendiri pada orang lain

e.       Bimbingan berencana atau instruksi bertahap (programmed instruction)
 programmed instruction (PI) terdiri atas suatu urutan langkah yang berfungsi sebagai pedoman dalam melaksanakan suatu pekerjaan atau suatu kelompok tugas pekerjaan.
Motode ini meliputi langkah-langkah yang telah diatur terlebih dahulu tentang prosedur yang berhubungan dengan dapat dikuasainya suatu keterampilan yang khusus atau suatu pengetahuan umum. Metode ini dapat dilaksanakan dengan memakai buku/mesin oengajaran. Berikut adalah keuntungan dari metide (PI)
i.                    Trainee dapat belajar sesuai dengan tempo belajarnya sendiri, bahan yang harus dipelajari dibagi-bagi kedalam satuan-satuan kecil, sehingga mudah diserap dan mudah diingat.
ii.                  Ada umpan balik langsung
iii.                Ada partisipasi trinee secara aktif
iv.                Perbedaan antar individu diperhatikan
v.                  Pelatihan dapat diselenggarakan dimana saja dan kapan saja.
f.       Metode Simulasi
Dalam hubungannya dengan pelatihan, maka suatu simulasi adalah suatu jenis alat atau teknik yang menyalin setepat mungkin kondisi-kondisi nyata yang ditemukan dalam pekerjaan.

E.     Pencobaan dan Revisi
Maksud pencobaan atau try-out ini adalah untuk mengidentifikasi kelemahan apa saja yang masih ada. Apakah sasaran pelatihan telah relevan dan metode pelatihannya sesuai serta dapat dilaksanakan oleh trainer. Jika masih dijumpai kelemahan dapat langsung diadakan revis, perbaikan-perbaikan bila diperlukan. Dengan demikian dapat diusahakan efektivitas pelatihan yang optimal dan dihindari biaya yang lebih tinggi.
Try-out dapat dilakukan terhadap beberapa orang tenaga kerja saja (untuk mempertahankan biaya yang minimal), terhadap tenaga ahli (sehingga dapat memberikan penilaian berdasarkan keahlian mereka) yang berfungsi berupa trainees. Baru setelah pencobaan dan revisi paket pelatihan dapat digunakan untuk pelatihan yang sebenarnya.
Ada kalanya paket pelatihan tidak dapat dicobakan terlebih dahulu, misalnya karena terdesak waktu. Dalam hal ini maka pelatihan langsung dilaksanakan dengan segala konsekuensinya.
Jenis Pelatihan dan Pengembangan

Terdapat banyak pendekatan untuk pelatihan. Menurut (Simamora:2006 :278) ada lima jenis-jenis pelatihan yang dapat diselenggarakan:

a.    Pelatihan Keahlian.
Pelatihan keahlian (skils training) merupakan pelatihan yang sering di jumpai dalam organisasi. program pelatihaannya relatif sederhana: kebutuhan atau kekuragan diidentifikasi rnelalui penilaian yang jeli. kriteria penilalan efekifitas pelatihan juga berdasarkan pada sasaran yang diidentifikasi dalam tahap penilaian.
b.    Pelatihan Ulang.
Pelatihan ulang (retraining) adalah subset pelatihan keahilan. Pelatihan ulang berupaya memberikan kepada para karyawan keahlian-keahlian yang mereka butuhkan untuk menghadapi tuntutan kerja yang berubah-ubah. Seperti tenaga kerja instansi pendidikan yang biasanya bekerja rnenggunakan mesin ketik manual mungkin harus dilatih dengan mesin computer atau akses internet
c.    Pelatihan Lintas Fungsional.
Pelatihan lintas fungsional (cros fungtional training) melibatkan pelatihan karyawan untuk melakukan aktivitas kerja dalam bidang lainnya selain dan pekerjan yang ditugaskan.
d.    Pelatihan Tim.
Pelatihan tim merupakan bekerjasarna terdiri dari sekelompok Individu untuk menyelesaikan pekerjaan demi tujuan bersama dalam sebuah tim kerja.
e.    Pelatihan Kreatifitas.
 kreatifitas(creativitas training) berlandaskan pada asumsi bahwa kreativitas dapat dipelajari. Maksudnya tenaga kerja diberikan peluang untuk mengeluarkan gagasan sebebas mungkin yang berdasar pada penilaian rasional dan biaya dan kelaikan









DAFTAR PUSTAKA
Munandar, Ashar  Sunyoto. 2008. PSIKOLOGI INDUSTRI dan ORGANISASI. Jakarta. UI-Press
Dara-ainy.blogspot.com/ Jenis Pelatihan dan Pengembangan//html.


Kamis, 19 Desember 2013

Metode Pengajaran pada Anak ABK (Anak Berkebutuhan Khusus) kelas 5 di SDLB (Sekolah Dasar Luar Biasa) Putra Jaya Malang



ABSTRAK
          Metode Pembelajaran pada ABK merupakan cara penyampaian materi yang dilakukan guru kepada kelas Anak Berkebutuhan Khusus, dalam kajian ini menjelaskan bahwa metode pembelajaran yang digunakan pada SDLB Putra Jaya kelas 5 dengan cara Metode Komunikasi, Task analisis, Direct Introduction. Dalam penerapannya seorang guru harus menyampaikan secara satu per satu kepada setiap siswa karena dalam kelas tersebut terdapat beberapa siswa penyandang disabilitas yang berbeda, dan terdapat fasilitas penunjang yaitu seorang guru harus menyampaikan secara satu per satu kepada setiap siswa karena dalam kelas tersebut terdapat beberapa siswa penyandang disabilitas yang berbeda. Proses pengambilan datanya berupa observasi dan Indept Interview.
Kata Kunci : Metode Pembelajaran, ABK, SDLB





Latar Belakang
Mempunyai hak-hak yang sama dan layak merupakan keinginan oleh setiap orang yang hidup didunia ini tak lain halnya dengan para ABK (Anak Berkebutuhan Khusus) yang ada disekitar kita, terutama untuk mendapatkan hak-hak yang sama dan layak pada dunia pendidikan, mendapatkan pendidikan yang berkualitas tidak hanya diperuntukan oleh para mereka yang hidupnya normal melainkan hak tersebut juga berhak diberikan oleh semua kalangan terutama pada ABK (Anak Berkebutuhan Khusus)
ABK (Anak Berkebutuhan Khusus) sendiri merupakan anak-anak penerus bangsa ini yang kurang beruntung/menyandang Dissabalitas, Anak Berkebutuhan Khusus dahulu disebut sebagai Anak Luar Biasa, di definisikan sebagai anak yang memerlukan pendidikan dan layanan khusus untuk mengembangkan potensi kemanusiaan mereka secara sempurna, anak luar biasa di sebut sebagai anak berkebutuhan khusus, karena dalam rangka untuk memenuhi kebutuhan hidupnya, anak ini membutuhkan bantuan layanan pendidikan, layanan sosial, layanan bimbingan dan konseling, dan berbagai jenis layanan lainnya yang bersifat khusus.
Metode pembelajaran pada Anak Berkebutuhan Khusus tentunya berbeda dengan metode pembelajaran yang disampaikan guru kepada setiap siswa yang normal, hal ini menjadi pokok permasalahan yang di angkat dalam Study Kasus ini, karena pentingnya penerapan metode pembelajaran yang sesuai pada Anak Berkebutuhan Khusus, akan menunjang karir prestasi dalam belajar, sebaliknya ketika metode pembelajaran tersebut tidak tepat sasaran maka akan timbul tidak berkembangnya peserta didik terutama pada Anaka Berkebutuhan Khusus.
Dalam pembahasan study kasus ini akan membahas tentang pembelajaran pada anak ABK (Anak Berkebutuhan khusus) dengan judul “Metode Pengajaran pada Anak ABK (Anak Berkebutuhan Khusus) kelas 5 di SDLB (Sekolah Dasar Luar Biasa) Putra Jaya Malang.
Study Kasus ini dilaksanakan di SDLB Putra Jaya yang di khususkan pada kelas 5 (lima), hal ini dikarenakan Sekolah tersebut mempunya siswa yang bermacam-macam penyandang Disabilitas yang berbeda dari beberapa lembaga pendidika yang ada di Indonesia ini, dan pada kelas 5 (lima) sendiri mempunyai beberapa siswa penyandang disabilitas yang berbeda-beda. (Observasi 1), biasanya Sekolah Luar Biasa terdiri dari beberapa golongan/model layanan seperti Model SLB A : Untuk anak Tuna Netra, SLB B : Untuk anak Tuna Rungu, SLB C : Untuk anak Tuna Grahita, SLB D : Untuk Anak Tuna Daksa, SLB E : Untuk anak Tuna Laras.
Dari beberapa pernyataan yang telah dipaparkan tersebut timbul beberapa pertanyaan yang perlu di bahas diantaranya ialah :
1.       metode apa yang apa yang digunakan dalam proses belajar di kelas ?
2.      Bagaimana proses dalam penerapan metode pembelajaran?
3.      Apa fasilitas penunjang pembelajaran  dalam kelas?
Selain itu Study Kasus ini mempunyai tujuan yaitu :
1.      Mengetahui Metode yang digunakan dalam proses belajar di kelas
2.      Mengetahu proses dalam penerapan Metode Pembelajaran.
3.      Mengetahu fasilitas penunjang dalam pembelajaran di kelas.
                                                                                                                       





Metode Pengambilan Data
          Dalam proses pengambilan data study Kasus ini menggunakan metode Indept Interview yaitu mewawancarai pihak yang terlibat atau nara sumber secara mendalam, selain itu juga menggunakan Metode Observasi atau pengamatan terhadap objek study kasus yang dilaksanakan selama 2 (dua hari) pada tanggal 6-7 Desember 2013.
Pembahasan
                  Metode Pembelajaran menurut Sudjana (1989: 30) yang termasuk dalam komponen pembelajaran adalah “ tujuan, bahan, metode dan alat serta penilaian “Metode mengajar yang digunakan guru hampir tidak ada yang sisa-sia, karena metode tersebut mendatangkan hasil dalam waktu dekat atau dalam waktu yang relatif lama. Hasil yang dirasakan dalam waktu dekat dikatakan sebagai dampak langsung (Instructional effect) sedangkan hasil yang dirasakan dalam waktu yang relatif lama disebut dampak pengiring (nurturant effect) biasanya bekenaan dengan sikap dan nilai. Menurut Nana Sudjana (2005: 76) metode pembelajaran adalah, “Metode pembelajaran ialah cara yang dipergunakan guru dalam mengadakan hubungan dengan siswa pada saat berlangsungnya pengajaran”. Menurut M.Sobri Sutikno (2009: 88) menyatakan, “Metode pembelajaran adalah cara-cara menyajikan materi pelajaran yang dilakukan oleh pendidik agar terjadi proses pembelajaran pada diri siswa dalam upaya untuk mencapai tujuan.
          Metode pembelajaran sangatlah penting dalam dunia pendidikan anak, begitupun juga pada Sekolah Dasar Luar Biasa, Metode Pembelajaran sendiri dalam pendidikan Sekolah Luar Biasa terdiri dari berbagai Metode diantaranya :
a.  Communication
            Siswa tidak lepas berkomunikasi antara siswa dengan siswa maupun siswa dengan guru.
b. Task Analisis
            Mendeskripsikan tugas-tugas yang harus dilakukan kedalam indikator-indikator kompetensi




.  Direct Instruction
            Pengajaran yang menggunakan pendekatan selangkah-selangkah yang terstruktur dengan cermat, dalam intruktur atau perintah. Metode pembelajaran ini memberikan pengalaman belajar yang positif dengan demikian dapat meningkatkan kepercayaan diri dan motivasi untuk berprestasi.
d.  Prompt
Setiap bantuan yang diberikan pada anak untuk menghasilkan respon yang benar, dan memberikan anak informasi tambahan atau bantuan untuk menjelaskan instruksi, adapaun jenisnya yaitu :
1.      Verbal promp
2.      Modeling
3.      Gestural prompts
4.      Psycal promp
5.      Peer tutorial
6.      Cooperative Learning.
           Dari beberapa pemaparan kajian teoritis diatas, metode pembelajaran sangatlah berguna untuk menunjang proses pembelajaran dalam kelas, kemudian dalam jenis-jenis metode pembelajaran yang telah dipaparkan terdapat  beberapa metode yang digunakan dalam proses pembelajaran kelas 5 (lima) yang terdiri dari 5 siswa di SDLB Putra Jaya Malang, dari hasil wawancara dengan wali kelas dan observasi di lapangan tepatnya di kelas 5 (Lima) SDLB Putra Jaya Malang, metode yang sering digunakan adalah Metode Komunikasi, Task analisis, Direct Introduction.
          Penggunaan metode-metode tersebut dirasa efektif karena bisa menjangkau siswa dari beberapa metode supaya dalam proses pembelajarannya dapat diterima siswa dengan baik. Dalam contoh penerapannya metode komunikasi ialah guru selalu berperan aktif dalam mengajak siswanya berkomunikasi, task analisis ialah seorang guru memberi tugas-tugas kepada siswa kemudian siswa mempraktekannya seperti bina diri.
          Untuk penerapan metode-metode tersebut seorang guru harus sepandai mungkin untuk menerapkan pada siswa-siswanya, apalagi pada kelas 5 (lima) tersebut terdapat beberapa siswa yang menyandang disabilitas yang berbeda, yaitu tuna rungu 3 (tiga), tuna grahita 1 (satu), down syndrome 1 (satu), hal tersebut tentunya menjadi persoalan tersendiri dalam penyampaian materi kepada siswa, tetapi dari penjelasan Wali Kelas yaitu Ibu Astuti, untuk penyampaian materi seorang guru harus menjelaskan satu per satu pada siswa dengan bergantian, hal tersebut dilakukan karena dalam satu kelas khususnya kelas 5 (lima) terdapat beberapa siswa penyandang disabilitas yang berbeda, jadi penyampaiannya harus satu per satu setiap anak, seperti tuna grahita yang mempunyai karakteristik sebagai berikut (Halahan dan Kauffman, 1994)  :
a.  Saat duduk di dalam kelas, masih harus didampingi guru
b. Diajarkan membedakan stimulus suara dan visual
c.  Kemampuan berbahasa perlu dikembangkan
d. Dibimbing bagaimana bina diri
e.  Dibimbing bagaimana berinteraksi dengan teman sebaya dalam situasi kelompok
          Kemudian pada anak tuna rungu yang juga mempunyai keterbatasan dalam berbicara, dan down syndrome yang mempunyai ciri fisik yang berbeda karena kesalahan kromosom.
          Dalam penunjang proses belajar mengajar di SDLB Putra Jaya Malang khususnya pada kelas 5 (lima) terdapat kelas yang kondusif, nyaman dan menarik, di dalam kelas tersebut terdapat beberapa hiasan dinding yang berwarna-warni, beberapa almari, meja kursi, papan tulis, laptop dan tidak lupa tenaga pengajar yang berkompeten.
          Fasilitas penunjang pembelajaran sendiri ialah menurut Mulyasa (2005) lebih lanjut menerangkan bahwa “prasarana pendidikan adalah fasilitas yang secara tidak langsung menunjang jalannya proses pendidikan atau pengajaran, seperti halaman, kebun, taman sekolah, jalan menuju sekolah tetapi jika dimanfaatkan secara langsung untuk proses belajar mengaja, komponen tersebut merupakan sarana pendidikan”.

        Dalam proses pembelajaran terkadang para siswa merasa jenuh, tetapi pihak guru terutama wali kelas mengajak siswanya belajar menggunakan computer yang didalamnya terdapat game-game menarik dan mendidik memanfaatkan fasilitas sekolah yang ada. Selain itu untuk menunjang kekratifan siswa, setiap satu minggu sekali diadakan kegiatan ekstra kulikuler seperti Pramuka, Drum Band, Tari, dll.
         Pihak dari SDLB Putra Jaya juga memberikan laporan hasil belajar siswa-siswanya setiap 6 bulan sekali atau setiap semester genap maupun ganjil, selain itu semua siswa setiap tahunnya mendapat beasiswa secara merata dari instansi terkait.
 
Penutup

          Metode pembelajaran pada ABK merupakan cara yang di gunakan guru untuk menyampaikan materi yang telah rancang untuk siswa yang mempunyai Kebutuhan Khusus atau penyandang disabilitas.
          Dari pembahasan yang telah dipaparkan, bahwasannya metode pembelajaran yang digunakan didalam kelas 5 (lima) SDLB Putra Jaya adalah Metode Komunikasi, Task analisis, Direct Introduction.
          Dalam penyampaiannya seorang guru harus menyampaikan secara satu per satu kepada setiap siswa karena dalam kelas tersebut terdapat beberapa siswa penyandang disabilitas yang berbeda.
          Terdapat beberapa fasilitas penunjang pembelajaran pada siswa kelas 5 (lima) SDLB Putra Jaya diantaranya almari, meja kursi, papan tulis, laptop dan tidak lupa tenaga pengajar yang berkompeten.












DAFTAR PUSTAKA
Ikad. 2013.  Makalah ABK (Anak Berkebutahan Khusus). Di unduh melalui : http: //ikad _49009 .wordpress.com /2013/05/29/makalah-abk-anak-berkebutuhan-khusus/
Ghozali, Umar. 2013. Makalah Anak Berkebutuhan Khusus. Di unduh melalui : http:/ /ghozaliu.blogspot.com/2013/01/makalah-anak-berkebutuhan-khusus-abk.html
Wulandari. Desi. 2012. Defini Metode Pembelajaran Menurut Para Ahli.. Di unduh melalui : http://mtk2012unindra.blogspot.com/2012/10/definisi-metode-pembelajaran-menurut.html
S. nayyanrise. Metode Pengajaran ABK. 2012. Di unduh melalui : http://nayyanrises. wordpress.com/materiku-2/paper/137-2/
Rahayu. Esthi.2010. Perilaku Adaptif  Tuna Grahita Dewasa Ditinjau Dari Klasifikasi TunaGrahita. Semarang. Fakultas Psikologi Universitas Katolik Soegijapranata.
Mulyasa. 2005.Manajemen Berbasis Sekolah. Jakarta. Depdiknas 

sumber gambar

Search This Blog