Penyusunan program pelatihan/ pengemangan terdiri
atas bermacam-macam tahap, yaitu :
A. Identifikasi
Kebutuhan Pelatihan atau Studi Pekerjaan (job dtudy)
Miner
(1992) mengemukakan bahwa pwmbwlajaran, terlibat dalam mengembangkan 4 macam
keterampilan, yaitu :
a. Knowledge based skills (keterampilan
didasarkan pada pengetahuan yang dikuasai), keterampilan ini dikembangkan
berdasarkan pengetahuan yang diperlukan dimiliki untuk dapat melakukan tugas
pekerjaannya secara baik.
b. Singular behavior skills (keterampilan
perilaku sederhana), seperti dating bekerja tepat waktu.
c. Limited interpersonal skills (keterampilan
antar pribadi terbatas) terlibat dalam aktivitas seperti memberi arahan kepada
karyawan baru, mendelegasikan tanggung jawab dan memberikan balikan kepada
seseorang tentang unjk kerjanya.
d. Social interactive skills (keterampilan
interaktif social) berlangsung pada taraf manajerial mencakup memanajemeni
konflik, menggunakan daya/kekuasaan secara efektif, negoisasi satu kontrak dan
sebagainya.
Meskipun keempat keterampilan diatas
merupakan keterampilan yang pada umumnya diperlukan dalam pelaksanaan tugas
pekerjaa, agar program pelatihan menjadi program pelatihan yang efektif,
betul-betul melatih pengetahuan, keteramilann dan sikap yang diperlukan oleh
pekerjaan, maka diperlukan analisis kebutuhan pelatihan. Melalui
identifikasi/analisis kebutuhan pelatihan ini akan diperoleh data tentang
pengetahuan, keterampilan dan sikap kusus yang masih perlu
diajarkan/dilatihkan. Program pelatihan dapat disusun untuk para tenaga kerja
yang baru diterima dapat jga disusun untuk para tenaga kerja yang baru diterima
dapat juga disusun untuk para tenaga kerja yang telah lama bekerja pada
perusahaan.
Untuk mengidentifikasi kebutuhan
pelatihan perlu dilaksanakan dua kegiatan utama yaitu : melaksanakan
studipekerjaan (study job) dan mengadakan assessment dari tenaga
kerja, hal ini dapat dilaksanakan oleh atasan langsung tenaga kerja dalam
rangka penilaian prestasi tenaga kerja, dapat pula dilakukan juga melalui assessment
center.
Kebutuhan pelatihan pada umumnya
diketahui berdasarkan permintaan dari para line manager. Berdasarkan
unjuk kerja yang kurang memuaskan dari para bawahan mereka mengusulkan agar
bawahan mereka dilatih untuk pengetahuan dan keterampilan tertentu.
Gropper &Short (1969) memberikan
salah satu cara untuk melaksanakan job study. setiap pekerjaan terdiri
atas sekumpulan tugas. Setiap tugas terdiri atas sekumpulan unsur pekerjaan
yang tersusun menurut urutan tertentu. Untuk menganalisis setiap tugas, Gropper
&Short menggunakan urutan input-action-output, seperti tugas
sekertaris berikut ini :
Input
Konsep surat atau surat dalam tulisan
steno
|
Action
Mengetik
dengan menggunakan mesin ketik
|
Output
Surat
telah diketik rapi tanpa salah, dan siap ditandatangani
|
Tugas
dapat diberikan kedalam serangkaian input-action-output (bentuk rantai) dapat pula terjadi macamnya input
lebih dari satu untuk dapat melakukan action.
Job study yang digunakan oleh Gropper
& Short, memberi kemungkinan untuk :
a. Menetapkan
pengetahuan, keteramilan apa yang dierlukan
b. Menetapkan
sasaran yang harus dicapai dalam pelatihan
c. Menetapkan
kriteria keberhasilan dan membuat alat ukurnya.
B. Penetapan
Sasaran Pelatihan/pengembangan
Sasaran pelatihan dapat dibedakan kedalam sasaran
umum atau tujuan dan sasaran khusus, yang dapat dibedakan lagi kedalam sasaran
keseluruhan pelatihan dan sasaran subjek pembahasan/latihan.
Sasaran khusus dirinci kedalam suatu uraian yang
mempergunakan istilah-istilah perilaku yang dapat diamati dan diukur. Contoh
sasaran keseluruhan pelatihan : “Pada akhir pelatihan diharapkan dapat mengenal
prinsip-prinsip manajemen umum dan dapat menggunakannya dalam kinerja
sehari-hari”.
Mager (1962) memberikan 3 aspek untuk merumuskan
sasaran subjek pembahasan/latihan dengan baik, yaitu dalam setiap sasaran
hendaknya :
a. Ada
uaraian tentang situasi yang diberikan (given what)
b. Ada
uraian tentang apa yang harus dilakukan (does what)
c. Ada
uraian tentang bagaimana baiknya trainee melaksanakannya (how well)
Sasaran
khusus yang hendaknya dihasilkan melalui latihan, yaitu :
a. Sasaran
kognitif, sasaran yang menggambarkan perilaku kognitif.
b. Sasaran
afektif, meliputi perilaku yang berhubungan dengan perasaan sikap.
c. Sasaran
psikomotor, meliputi perilaku gerak.
(Bloom, 1956, Simpson,
1966, Kratwhhol, 1964)
C. Penetapan
Kriteria Keberhasilan dengan Alat Ukurnya
Sebagaimana halnya dengan kriteria keberhasilan yang
digunakan dalam riset seleksi, kriteria keberhasilan pelatihan mempunyai
dimensi waktu. Sebagai kriteria keberhasilan pelatihan, dapat ditetapkan
perilaku-perilaku trainees sebagaimana ditampilkan pada akhir program
pelatihan dapat pula ditetapkan prestasi kerja trainees setelah mereka
kembali ke pekerjaannya masing-masing selama waktu tertentu.
Andai kata sebagian besar dari para trainees memenuhi
kriteria keberhasilan tersebut, maka dapat disimpulkan bahwa pelatihan yang di
berikan merupakan pelatihan yang efektif. Sebaliknya jika hanya sebagian kecil
dari para trainees yang berhasil memenuhi kriteria, maka pelatihan dikatakan
tidak/kurang efektif.
Untuk mengetahui apakah para trainees betul-betul
telah belajar, maka mendapatkan sesuatu yang sebelum pelatihan belum dimiliki
atau dikuasai, maka selain mereka di tes pada akhir program pelatihan (yang
dinamakan post-test), sebelum pelatihan dimulai (dinamakan pre-test) dari
pre-test dapat diketahui sejauh mana pra trainees telah menguasai bahan atau
memeiliki pengetahuan da keterampilan yang akan dilatihkan pada mereka.
Skor-skor pre-test sebaiknya diharapkan tinggi-tingi, karena ini merupakan
ukuran hasil belajar selama mendapat pelatihan. Makin besar perbedaan antara
skor pada post-test dengan skor pre-test, makin banyak trainees belajar, makin
kecil perbedaannya, makin sedikit yang di pelajari trainee.
D. Penetapan
Metode-metode Pelatihan/Pengembangan
Dalam langkah ini ialah penetapan subjek dan bahan
pembahasan, penetapan metode atau teknik penyajian bahan dan penetapan
pemakaian alat bantu pengajaran.
Berdasarkan sasaraninstruksional dapatlah ditentukan
subjek dan bahan pembahasan yang akan siberikan/dibahas dalam program
pelatihan. Bahan-bahan tersusun menurut suatu tata tingkat tertentu. Misalnya
pelatihan untuk penjual diurut sebagai berikut: mula-mula diajarkan tugas
seorang penjual dalam perusahaan dimana mereka bekerja, disusul dengan
diajarkannya pengetahuan tentang produk yang harus di jual. Kemudian diadakan
latihan simulative menjual produk yang akhirnya diikuti dengan latihan menjual
di lapangan.
Bentuk pelatihan dapat dibedakan kedalam pelatihan
pada pekerjaan, dan pelatihan di luar pekerjaan. Metode pelatihan di kelas
dipakai dalam bentuk pelatihan di luar pekerjaan pekerjaan, macamnya yaitu :
a. Kuliah
Merupakan suatu ceramah
yang disampaikan secara lisan untuk tujuan pendidikan, kuliah adalah
pembicaraan yang diorganisasai secara formal tentang hal-hal khusus.
Keuntungan dari metode
ini ialah dapat digunakan untuk kelompok yang sangat besar sehingga biaya
trainee rendah serta dapat menyajikan banyak bahan pengetahuan dalam waktu yang
relative singkat.
b. Konperensi
Merupakan pertemuan
formal dimana terjadi diskusi atau konsultasi tentang sesuatu hal yang penting.
Konperasi menekankan adanya : (i) diskusi kelompok kecil, (ii) bahan yang
terorganisasi, (iii) keterlibatan peserta secara aktif. Pada metode ini
konperensi belajar diperlancar melalui partisipasi lisa dan interaksi antar
anggota, para trainee dianjurkan untuk memberikan gagasan dan pandangan peserta
lainnya, metode ini biasanya terdiri dari 15-20 orang.
c. Studi
kasus
Pada metode studi kasus
trainee diminta untuk mengidentifikasi
masalah mengkomendasi jawabannya. Metode ini adalah metode belajar melalui
perbuatan dan bermaksud meningkatkan pemikiran analistis dan kecakapan
memecahkan masalah.
d. Bermain
Peran (role playing)
Peran adalah suatu pola
perilaku yang diharapkan. Peserta diberi tahu tentang situasi/keadaan dan peran
mereka yang harus mereka mainkan, hal ini digunakan untuk memeberikan
kesempatan kepada para trainee untuk memepelajari keterampilan hubungan antara
manusia melalui praktek dan untuk mengembangkan pemahaman mengenai pengaruh
kelakuan mereka sendiri pada orang lain
e. Bimbingan
berencana atau instruksi bertahap (programmed instruction)
programmed instruction (PI) terdiri atas suatu
urutan langkah yang berfungsi sebagai pedoman dalam melaksanakan suatu
pekerjaan atau suatu kelompok tugas pekerjaan.
Motode ini meliputi
langkah-langkah yang telah diatur terlebih dahulu tentang prosedur yang
berhubungan dengan dapat dikuasainya suatu keterampilan yang khusus atau suatu
pengetahuan umum. Metode ini dapat dilaksanakan dengan memakai buku/mesin
oengajaran. Berikut adalah keuntungan dari metide (PI)
i.
Trainee dapat
belajar sesuai dengan tempo belajarnya sendiri, bahan yang harus dipelajari
dibagi-bagi kedalam satuan-satuan kecil, sehingga mudah diserap dan mudah
diingat.
ii.
Ada umpan balik
langsung
iii.
Ada partisipasi
trinee secara aktif
iv.
Perbedaan antar
individu diperhatikan
v.
Pelatihan dapat
diselenggarakan dimana saja dan kapan saja.
f. Metode
Simulasi
Dalam hubungannya
dengan pelatihan, maka suatu simulasi adalah suatu jenis alat atau teknik yang
menyalin setepat mungkin kondisi-kondisi nyata yang ditemukan dalam pekerjaan.
E. Pencobaan
dan Revisi
Maksud pencobaan atau try-out ini adalah
untuk mengidentifikasi kelemahan apa saja yang masih ada. Apakah sasaran
pelatihan telah relevan dan metode pelatihannya sesuai serta dapat dilaksanakan
oleh trainer. Jika masih dijumpai kelemahan dapat langsung diadakan revis,
perbaikan-perbaikan bila diperlukan. Dengan demikian dapat diusahakan
efektivitas pelatihan yang optimal dan dihindari biaya yang lebih tinggi.
Try-out dapat dilakukan
terhadap beberapa orang tenaga kerja saja (untuk mempertahankan biaya yang
minimal), terhadap tenaga ahli (sehingga dapat memberikan penilaian berdasarkan
keahlian mereka) yang berfungsi berupa trainees. Baru setelah pencobaan dan
revisi paket pelatihan dapat digunakan untuk pelatihan yang sebenarnya.
Ada kalanya paket pelatihan tidak dapat dicobakan
terlebih dahulu, misalnya karena terdesak waktu. Dalam hal ini maka pelatihan
langsung dilaksanakan dengan segala konsekuensinya.
Jenis Pelatihan dan Pengembangan
Terdapat banyak
pendekatan untuk pelatihan. Menurut (Simamora:2006 :278) ada lima jenis-jenis
pelatihan yang dapat diselenggarakan:
a. Pelatihan
Keahlian.
Pelatihan
keahlian (skils training) merupakan pelatihan yang sering di jumpai
dalam organisasi. program pelatihaannya relatif sederhana: kebutuhan atau
kekuragan diidentifikasi rnelalui penilaian yang jeli. kriteria penilalan
efekifitas pelatihan juga berdasarkan pada sasaran yang diidentifikasi dalam
tahap penilaian.
b. Pelatihan
Ulang.
Pelatihan
ulang (retraining) adalah subset pelatihan keahilan. Pelatihan ulang
berupaya memberikan kepada para karyawan keahlian-keahlian yang mereka butuhkan
untuk menghadapi tuntutan kerja yang berubah-ubah. Seperti tenaga kerja
instansi pendidikan yang biasanya bekerja rnenggunakan mesin ketik manual
mungkin harus dilatih dengan mesin computer atau akses internet
c. Pelatihan
Lintas Fungsional.
Pelatihan
lintas fungsional (cros fungtional training) melibatkan pelatihan
karyawan untuk melakukan aktivitas kerja dalam bidang lainnya selain dan
pekerjan yang ditugaskan.
d. Pelatihan
Tim.
Pelatihan
tim merupakan bekerjasarna terdiri dari sekelompok Individu untuk menyelesaikan
pekerjaan demi tujuan bersama dalam sebuah tim kerja.
e. Pelatihan
Kreatifitas.
kreatifitas(creativitas training)
berlandaskan pada asumsi bahwa kreativitas dapat dipelajari. Maksudnya tenaga
kerja diberikan peluang untuk mengeluarkan gagasan sebebas mungkin yang
berdasar pada penilaian rasional dan biaya dan kelaikan
DAFTAR PUSTAKA
Munandar, Ashar
Sunyoto. 2008. PSIKOLOGI INDUSTRI dan ORGANISASI. Jakarta.
UI-Press
Dara-ainy.blogspot.com/ Jenis Pelatihan dan Pengembangan//html.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
blog ini semoga bisa membantu semua pihak dari kalangan pendidikan maupun pengetahuan umum