Meskipun di tolak joko budeg tidak patah arang, joko budeg terus berusaha untuk mendapatkan roro Kembang Sore , dan akhirnya roro Kembang Sore luluh juga oleh keseriusan yang ditunjukan joko budeg, kemudian roro Kembang sore memberikan syarat kepada Joko budeg apabila ingin mempersuntingnya yaitu dengan syarat bertapa 40 hari 40 malam di salah satu bukit dengan beralaskan batu dan memakai tutup kepala dari cikrak (tempat membuang sampah) sambil menghadap ke laut Kidul, dan Joko Budeg pun menerima tantangan dari roro Kembang Sore.
Setelah semuanya terpenuhi dari syarat yang diminta oleh Roro Kembang Sore, Roro Kembang Sore merasa cemas karena sudah di tunggu 1 hari 1 malam Joko Budeg tak kunjung datang, dan akhirnya Roro Kembang Sore menyusul ke Bukit dan mencari Joko Budeg , setelah bertemu Roro Kembang Sore mencoba membangunkan Joko Budeg namun Joko budeg tak kunjung bangun, merasa jengkel Roro Kembang sore pun berkata keras “ditangekke kok mung jegideg wae, koyo watu”(bahasa jawa Tulungagungan, dibangunkan kok tidak bangun-bangun, kayak batu), dan pada itu pula Joko Budeg tiba-tiba menjadi batu, dan mulai dari itu bukit yang di tempati joko budeg dikenal sebagai Gunung Budeg.
Penyesalanpun dialami oleh Roro Kembang Sore, dan diapun bersumpah untuk tidak menikah dengan siapapun selain Joko Budeg, dan akhirnya Roro Jonggrang bertapa salah satu tempat, yang sekarang ini terkenal dengan pemakaman Gunung Bolo di daerah Kuman Tulungagung.
Dari cerita diatas dapat kita ambil pelajarannya yaitu jangan pernah sia-siakan orang yang sangat mencintai kita, serta jangan gara-gara cinta anda buta segalanya.
sumber gambar : etulungagung.com