Jumat, 11 Desember 2015

Batu Joko Budeg (Ceritane Wong Tulungagung)

Batu joko budeg merupakan cerita turun menurun di kabupaten Tulungagung , dimana dahulu kala terdapat  seseorang yang bernama Joko Budeg yang merupakan keturunan warga biasa dengan Roro Kembang sore yang keturunan dari ningrat, pada saat itu joko budeg sangat mencintai roro Kembang sore namun cintanya bertepuk sebelah tangan, roro Kembang sore menganggap joko budeg bukan pasangan yang cocok untuk dirinya.
  Meskipun di tolak joko budeg tidak patah arang, joko budeg terus berusaha untuk mendapatkan roro Kembang Sore , dan akhirnya roro Kembang Sore luluh juga oleh keseriusan yang ditunjukan joko budeg,  kemudian roro Kembang sore memberikan syarat kepada Joko budeg apabila ingin mempersuntingnya yaitu dengan syarat bertapa 40 hari 40 malam di salah satu bukit dengan beralaskan batu dan memakai tutup kepala dari cikrak (tempat membuang sampah)  sambil menghadap ke laut Kidul, dan Joko Budeg pun menerima tantangan dari roro Kembang Sore.
Setelah semuanya terpenuhi  dari syarat yang diminta oleh Roro Kembang Sore, Roro Kembang Sore merasa cemas karena sudah di tunggu 1 hari 1 malam Joko Budeg tak kunjung datang, dan akhirnya Roro Kembang Sore menyusul ke Bukit dan mencari  Joko Budeg , setelah bertemu Roro Kembang Sore mencoba membangunkan Joko Budeg namun Joko budeg tak kunjung bangun, merasa jengkel Roro Kembang sore pun  berkata keras “ditangekke kok mung jegideg wae, koyo watu”(bahasa jawa Tulungagungan, dibangunkan kok tidak bangun-bangun, kayak batu), dan pada itu pula Joko Budeg tiba-tiba menjadi batu, dan mulai dari itu bukit yang di tempati joko budeg dikenal sebagai Gunung Budeg.

Penyesalanpun dialami oleh Roro Kembang Sore, dan diapun bersumpah untuk tidak menikah dengan siapapun selain Joko Budeg, dan akhirnya Roro Jonggrang bertapa salah satu tempat, yang sekarang ini terkenal dengan pemakaman Gunung Bolo di daerah Kuman Tulungagung.

Dari cerita diatas dapat kita ambil pelajarannya yaitu jangan pernah sia-siakan orang yang sangat mencintai kita, serta jangan gara-gara cinta anda buta segalanya.

sumber gambar : etulungagung.com

Bukan The Power Of Kepepet

Dari judul diatas sebenarnya menjadi bahan cerita pengalaman saya dalam proses penulisan cerita ini, yang mana berisi tentang cerita mengikuti Liga Blogger Indonesia.
Ini merupakan pengalaman saya yang pertama dalam mengikuti LBI da baru tahu tahun ini sebelumnya tidak pernah tahu, setelah  mengetahui informasi tentang LBI saya mencoba iseng untuk mengikuti LBI, dan akhirnya saya tergabung di grup B yang saya lihat orang-orangnya kece-keca dan penuh dengan pengalaman, yang setiap hari membuat notif di email saya terus berbunyi “tu ling” mulai dari salam kenal sampai ajakan untuk melihat blog atau tulisan masing-masing,, wow kelihatan sangat bersemangat nih para pejuang di grup b, kemudian saya juga mulai bersemangat untuk menulis  tentang pengalaman ini, sebenarnya notif berbunyi setiap hari mempertandakan untuk segera menulis,, iya tapi masih negitu berat bagi saya untuk menulis,, maklum jarang menulis dan baru punya hidayah di akhir akhir-akhir ini,,hehhe. Meskipun demikian saya tetap banyak berharap kepada LBI supaya ajang seperti ini tetap berlangsung,, supaya yang malas menjadi rajin seperti saya,, 
Alasan saya mengikuti ajang ini yaitu sebagai bahan pengalaman menulis saya cz jarang nulis dan jarang mengikuti lomba seperti ini.
Harapan saya ajang seperti ini terus digiatkan lagi terutama untuk mengembangkan bakat menulis pada setiap orang dan mengajak untuk internet positif.
Kalau bicara tentang hadiah apa ya??. yang jelas perangkat akses internet dirumah.hehe
Tujuan saya ikut LBI sebagai ajang pertemanan yang lebih luas dan sebagai pelajaran menulis saya supaya hilang rasa malas iniuntuk menulis
Saran dan kritik saya infonya lebih disebar luaskan lagi terutama para siswa siswa atau para mahasiswa dikampus kampus.
semaangat LBI...
salam LBI dari Tulungagung.

Search This Blog